Antara Pesawat, Capung dan Albratoss



Ciptaan Tuhan sungguh luar biasa. Tuhan menciptakan binatang bersayap seperti capung dan burung yang dapat terbang dan bermanufer dengan bebas. Faktor-faktor itulah yang diaplikasikan ke dalam desain sayap pesawat terbang.
Wright bersaudara, penemu pesawat terbang, telah mempelajari sayap burung sebagai inspirasi utama. Sayap burung memiliki kerangka yang ringan, otot dada yang kuat, tulang yang menyatu, dan sayap yang memiliki aerodinamika yang sempurna.
Sementara capung dapat melayang di udara pada posisi yang tetap dan dapat mendarat di tempat yang diinginkan adalah sama pentingnya dengan kemampuan terbang itu sendiri. Kemampuan inilah yang manusia aplikasikan pada helikopter.
Prinsip peniruan sayap burung pada pesawat terbang kini dikembangkan lebih jauh. Burung yang sedang diselidiki sayapnya adalah burung jenis Albratoss. Albratoss adalah sejenis elang laut yang dapat terbang ribuan kilometer tanpa mengepakkan sayap. Dengan bentangan sayap sepanjang tiga meter burung laut terbesar ini sanggup terbang dengan kecepatan 115 km/jam. Elang laut memang terlihat kaku di darat tapi mereka sangat luar bisas ketika terbang di udara.
Dari kira-kira 20 spesies elang laut yang diketahui, 15 diantaranya dapat ditemukan di laut sekitar Selandia Baru. Burung ini sedang dianalisa oleh para peneliti bagaimana ia menaikkan tubuhnya secara signifikan.
Insinyur Kedirgantaraan Jerman Johannes Trougott bersama rekan-rekannya mencoba memetakan cara terbang ala Albratoss. Burung ini pertama-tama terbang rendah di permukaan, namun tiba-tiba ia menuju ke aranh angin untuk mencapai posisi yang lebih tinggi. Setelah mencapai ketinggian 15 meter, Albratoss berputar di bawah angin. Kemudian meluncur dengan mudahnya untuk terbang lebih tinggi lagi. Semua ini didukung oleh anatomi Albratoss untuk terbang jauh dan tinggi dengan energi yang efisien.
Alat Khusus
Albratoss memiliki otot khusus di masing-masing bahunya sehingga dapat mengunci sayapnya pada satu posisi. Kualitas anatomi ini sama halnya yang ada pada sayap pesawat.
Janine Benyus, presiden dari Biomimicri Institute mengungkapkan Albratoss dapat merasakan perubahan kecil tekanan udara dan arah angin. Agar dapat melakukan hal tersebut pesawat masa depan harus mempunyai sensor yang sangat sensitif. Pengaplikasian proses evolusi kedalam ilmu teknis disebut biomimikri atau biomimetics. Biomimikri merupakan ilmu yang menempatkan objek alam, khususnya makhluk hidup sebagai model perancangan dan diaplikasikan dalam teknologi modern.



Responses

0 Respones to "Antara Pesawat, Capung dan Albratoss"

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Posting Komentar

Categories

Return to top of page Copyright © 2011 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors